Tanaman
Herbal Yang Diyakini bisa jadi obat kanker
1. Teratai 2. Ceremei
3. Daun Encok 4. kompri
3. Daun Encok 4. kompri
5. Benalu 6. Pisang
7. Sambiloto 8. Cakar ayam
9. Jarak 10. Rumput Mutiara
11. Bidara Upas 12. Ki Tolod
13. Pacar air
(Nelumbium nelumbo Druce)
Sinonim :
= Nelumbiurn
nuciferum, Gaertn. = N. speciosum, Wilid. = Nelumbo nucifera, Gaertn. =
Nyrnphaea nelumbo, Linn.
Familia :
Nymphaeaceae
Uraian :
Tanaman air
menahun yang indah, asli dari daratan Asia. Teratai dibudidayakan di perairan
dan kolam, kadang ditemukan tumbuh liar di rawa-rawa. Tanaman air yang tumbuh
tegak. Rimpang tebal bersisik, tumbuh menjalar. Daun dan bunga keluar langsung
dari rimpangnya yang terikat pada lumpur di dasar kolam. Helaian daun lebar dan
bulat, disangga oleh tangkai yang panjang dan bulat berdiameter 0,5-1 cm,
panjangnya 75-150 cm. Daun menyembul ke atas permukaan air, menjulang tegak seperti perisai. Permukaan daun berlilin; warnanya hijau keputihan, tepi rata, bagian tengah agak mencekung, tulang daun tersebar dari pusat daun ke arah tepi, diameter 30-50 cm. Bunganya harum, tumbuh menjulang di atas permukaan air dengan tangkai bulat panjang dan kokoh, panjang tangkai bunga 75-200 cm. Diameter bunga 15-25 cm, benang sari banyak kepala sari kuning, mahkota bunga lebar, ada yang engkel dan ada yang dobel dengan warna merah jambu, putih dan kuning. Bunga mekar sehari penuh dari pagi sampai sore hari. Setelah layu, mahkota bunga berguguran sampai akhirnya tersisa dasar bunga yang akan menjadi bakal buah, bentuknya seperti kerucut terbalik dengan permukaan datar semacam spons dan berlubang-lubang berisi 15-30 biji, warnanya hijau kekuningan, kemudian hijau dan akhirnya coklat hitam, garis tengah 6-11 cm. Biji bentuknya bulat seperti kacang tanah, terdapat dalam lubang-lubang buah yang berbentuk seperti sarang tawon. Biji yang sudah tua warnanya hijau kehitaman, umurnya kira-kira 1 bulan sejak bunganya mekar. Daunnya biasa dipakai sebagai bahan pembungkus, rimpang muda dan biji bisa dimakan. Pemeluk agama Budha menganggap bunga ini sebagai lambang kesucian, tercermin dalam berbagai lukisan dan patung yang menggambarkan Sang Budha sedang duduk bersemedi di atas bunga teratai.
panjangnya 75-150 cm. Daun menyembul ke atas permukaan air, menjulang tegak seperti perisai. Permukaan daun berlilin; warnanya hijau keputihan, tepi rata, bagian tengah agak mencekung, tulang daun tersebar dari pusat daun ke arah tepi, diameter 30-50 cm. Bunganya harum, tumbuh menjulang di atas permukaan air dengan tangkai bulat panjang dan kokoh, panjang tangkai bunga 75-200 cm. Diameter bunga 15-25 cm, benang sari banyak kepala sari kuning, mahkota bunga lebar, ada yang engkel dan ada yang dobel dengan warna merah jambu, putih dan kuning. Bunga mekar sehari penuh dari pagi sampai sore hari. Setelah layu, mahkota bunga berguguran sampai akhirnya tersisa dasar bunga yang akan menjadi bakal buah, bentuknya seperti kerucut terbalik dengan permukaan datar semacam spons dan berlubang-lubang berisi 15-30 biji, warnanya hijau kekuningan, kemudian hijau dan akhirnya coklat hitam, garis tengah 6-11 cm. Biji bentuknya bulat seperti kacang tanah, terdapat dalam lubang-lubang buah yang berbentuk seperti sarang tawon. Biji yang sudah tua warnanya hijau kehitaman, umurnya kira-kira 1 bulan sejak bunganya mekar. Daunnya biasa dipakai sebagai bahan pembungkus, rimpang muda dan biji bisa dimakan. Pemeluk agama Budha menganggap bunga ini sebagai lambang kesucian, tercermin dalam berbagai lukisan dan patung yang menggambarkan Sang Budha sedang duduk bersemedi di atas bunga teratai.
Nama Lokal :
Padma, seroia,
terate, tarate, taratai besar.;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Diare, disentri,
keputihan, kanker nasopharynx, demam, insomnia; Hipertensi, muntah darah,
mimisan, batuk darah, sakit jantung; Beri-beri, sakit kepala, berak dan kencing
darah, anemia, ejakulasi;
BAGIAN YANG
DIPAKAI:
Seluruh tanaman.
Rimpang, daun dan tangkai, bunga dan benang sari, biji dan penyangga bunga yang
seperti sarang tawon/spons (reseptacle), serta tunas biji. Pemakaian segar atau
yang telah dikeringkan.
KEGUNAAN:
Biji:
- Gangguan
penyerapan makanan (malabsorbtion).
- Diare karena
badan lernah, radang usus kronis (enteritis kronis).
Disentri.
- Muntah-muntah.
- Keputihan,
perdarahan pada wanita.
- Mimpi basah
(spermatorrhea).
- Susah tidur,
banyak mimpi.
- Kencing terasa
sakit dan keruh.
- lesu tidak bersemangat
(neurasthenia).
- Kanker
nasopharynx.
Tunas biji
teratai:
- Demam, rasa
haus.
- Jantung
berdebar, gelisah.
- Muntah darah.
- Ejakulasi dini.
- Mata merah dan
bengkak.
- Susah tidur
(insomnia).
- Darah tinggi
(hipertensi).
Banang sari:
- keluar sperma
malam hari (sperrnatorrhea).
- Keputihan
(leucorrhea).
- Perdarahan
seperti muntah darah, disentri.
- sering kencing.
- Tidak dapat
menahan kencing (enuresis).
Remptacle:
- Perdarahan
kandungan yang berlebihan.
- Darah haid
berlebihan.
- Perdarahan
sewaktu hamil.
- Keluar cairan
(lochia) yang berlebihan setelah melahirkan.
- Sakit perut
bawah akibat sumbatan darah.
- Berak darah,
kencing darah.
- Wasir, koreng
basah.
Rimpang:
- Demam, rasa
haus.
- Batuk darah,
muntah darah, mimisan.
- Berak darah,
kencing darah. Tekanan darah tinggi.
- Sakit jantung.
- Gangguan
lambung.
- Kurang darah
(anemia).
- Gangguan pada
mati haid (menopause).
- Neurosis.
Akar:
- Muntah darah,
mimisan.
- Kencing panas
dan merah.
- Batuk darah,
berak darah.
Daun:
- Pingsan karena
hawa panas (heat stroke).
- Diare karena
panas atau lembab.
- Pusing, sakit
kepala.
- Beri-beri.
- Perdarahan
seperti mimisan, muntah darah, berak darah.
- Perdarahan pada
wanita.
Dasar daun:
- Disentri
berdarah, diare.
- Bayi dalam
kandungan tidak tenang.
Batang:
- Heat stroke,
pingsan.
- Dada terasa
tertekan karena panas atau lembab.
- Diare, muntah.
- Keputihan.
Bunga:
- Terpukul
(trauma).
- Perdarahan.
- Radang kulit
bernanah (impetigo).
Tepung rimpang:
- Menambah selera
makan,
- Badan lemah dan
kurang darah.
- Diare.
PEMAKAIAN:
Untuk minum:
Rimpang: 240 g.
Direbus atau di juice.
Daun: 5-12 g,
rebus.
Tangkai: 3-5 g,
rebus.
Bunga. 3-5 g,
rebus.
Benang sari: 3-10
g, rebus.
Receptacle: 10-15
g, rebus.
Biji: 5-12 g,
rebus.
Tunas biji
teratai: 1,5-3 g, rebus.
CARA PEMAKAIAN:
1. Batuk darah,
muntah darah:
Rimpang teratai dicuci bersih lalu dijuice,
sampai terkumpul 1 gelas
ukuran 200 cc. Minum, lakukan selama 3-5
hari berturut-turut.
2. Muntah, diare :
50 g rimpang teratai dan 15 g jahe dicuci
lalu dijuice atau diparut,
ambil airnya. Minum, sehari 3 kali.
3. Disentri:
50 g rimpang teratai dan 10 g jahe, diparut
atau dijuice. Air
perasannya ditambahkan 10O cc air, lalu
dipanaskan sampai
mendidih. Setelah dingin tambahkan 1 sendok
makan madu, diaduk
lalu diminum.
4. Darah tinggi:
a. 10 g biji teratai dan 15 g tunas biji
teratai. (lien sim), direbus
dengan 350 cc air sampai tersisa 200 cc.
Minum setiap hari
seperti teh.
b. Tunas biji teratai (lien sim) sebanyak
10-15 g direbus dengan air
secukupnya sampai mendidih, minum
sebagai teh. Dapat juga
tunas biji teratai digiling halus, seduh
dengan air panas, minum.
5. Panas dalam,
gondokan, juga bermanfaat untuk penderita jantung
dan lever:
100 g rimpang teratai dan 50 g rimpang
segar alang-alang, dicuci
lalu dipotong-potong secukupnya. Rebus
dengan 500 cc air bersih
sampai tersisa 250 cc. Setelah dingin
disaring, minum seperti teh.
6. Keluar darah
dari hidung (mimisan):
Ruas akar teratai dicuci bersih lalu
dijuice. Airnya diteteskan ke
hidung.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS: Biji: Memelihara kondisi jantung, bermanfaat bagi ginjal dan
menguatkan limpa. Tunas biji teratai: Menghilangkan panas dalam di jantung,
menurunkan panas, menghentikan perdarahan, menahan ejakulasi dini. Kulit biji
teratai: Menghentikan perdarahan, Menghilangkan panas dalam di lambung,
mengeluarkan panas dan lembab dari usus. Benangsari (kumis bunga teratai):
Menghilangkan panas dari jantung, menguatkan fungsi ginjal, menahan ejakulasi
dini dan menghentikan perdarahan. Penyangga bunga: Membuyarkan darah beku,
menghentikan perdarahan, menolak lembab. Batang teratai (tangkai daun, tangkai
bunga): Menurunkan panas dan memperlancar kencing. Daun: Membersihkan panas dan
menghilangkan lembab, menaikkan yang jernih, menghentikan perdarahan. Dasar
daun: Menurunkan panas dan menghilangkan lembab, menormalkan menstruasi,
menguatkan kehamilan. Rimpang: Dimakan mentah berkhasiat menurunkan panas,
mendinginkan darah yang panas dan membuyarkan darah beku. Bila dimasak,
berkhasiat menguatkan limpa, menambah selera makan, penambah darah, membantu
pertumbuhan otot dan menyembuhkan diare. Akar: Menghentikan perdarahan,
membuyarkan darah beku, penenang. Tepung rimpang: Menghentikan perdarahan,
menambah darah, mengatur fungsi ginjal dan limpa. KANDUNGAN KIMIA: Bunga:
Quercetin, luteolin, isoquercitrin, kaempferol. Benangsari: Quercetin,
luteolin, isoquercitrin, galuteolin, juga terdapat alkaloid. Penyangga bunga
(reseptacle): Protein, lemak, karbohidrat, caroten, asam nikotinat, vitamin B1,
B2, C dan sedikit mengandung nelumbine. Biji: Kaya akan pati, juga mengandung
raffinose, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor dan besi. Kulit biji
teratai mengandung nuciferine, oxoushinsunine, N- norarmepavine. Tunas biji
teratai: Liensinine, isoliensinine, neferine, nuciferine, pronuciferine,
lotusine, methylcorypalline, demethylcoclaurine, galuteolin, hyperin, rutin.
Rimpang: Pati, protein, asparagine, vitamin C. Selain itu juga mengandung
catechol, d-gallocatechol, neochlorogenic acid, leucocyanidin,
leucodelphinidin, peroxidase, dll. Akar: Zat tannic dan asparagine. Daun:
Roemerine, nuciferine, nornuciferine, armepavine, pronuciferine,
N-nornuciferine, D-N-methylcoclaurine, anonaine, liriodenine, quercetin,
isoquercitrin, nelumboside, citric acid, tartaric acid, malic acid, gluconic
acid, oxalic acid, succinic acid, zat tannic, dll. Dasar daun teratai:
Roemerine, nuciferine dan nornuciferine. Tangkai daun: Roemerine,
nornuciferine, resin dan zat tannic. Oxoushinsunine yang terdapat pada kulit
biji teratai berkhasiat menekan perkembangan kanker hidung dan tenggorokan,
sedangkan biji dan tangkai teratai berkhasiat anti hipertensi.
Ceremai
Sinonim :
= P.distichus
Muell. Arg. = P.cicca Muell. Arg., = Cicca disticha, Linn. = C.nodiflora.
Familia :
Euphorbiaccae
Uraian :
Pohon ini berasal
dari India, dapat turnbuh pada tanah ringan sampai berat dan tahan akan
kekurangan atau kelebihan air. Ceremai banyak tanam orang di halaman, di ladang
dan tempat lain sampai ketinggian 1.000 m dpl. Pohon kecil, tinggi sampai 10 m,
kadang lebih. Percabangan banyak, kulit kayunya tebal. Daun tunggal, bertangkai
pendek, tersusun dalam tangkai membentuk rangkaian seperti daun majemuk. Helai
daun bundar telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal tumpul sampai bundar,
tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin tidak berambut, panjang 2 - 7
cm, lebar 1,5 - 4 cm, warna hijau muda. Tangkai bila gugur akan meninggalkan
bekas yang nyata pada cabang. Perbungaan berupa tandan yang panjangnya 1,5 - 12
cm, keluar di sepanjang cabang, kelopak bentuk bintang,,mahkota merah muda.
Terdapat bunga betina dan jantan dalam satu tandan. Buahnya buah.batu,
bentuknya bulat pipih, berlekuk 6 - 8, panjang 1,25 - 1,5 cm, lebar 1,75 - 2,5
cm, warnanya kuning muda, berbiji 4-6, rasanya asam. biji bulat pipih berwarna
cokelat rnuda. Daun muda bisa dimakan sebagai sayuran. Buah muda bisa dimasak
bersama sayuran untuk menyedapkan masakan karena memberi rasa asam. Buah masak
dapat dimakan langsung setelah diremas dengan air garam untuk mengurangi rasa
sepat dan asam, dimakan setelah dibuat manisan atau selai. Perbanyakan dengan
biji atau okulasi.
Nama Lokal :
Careme, cerme
(Sunda), cerme (Jawa). careme (Madura); Ceremoi (Aceh), cerme, ceramai,
camin-camin (Sumatera).; Carmen, cermen (Bali), sarume (Bima). lumpias aoyok,
tili; Lombituko bolaano, caramele, carameng (Sulawesi),; Ceremin (Ternate),
selemele, selumelek (Roti).; Salmele, cermele (Timor).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Batuk berdahak,
menguruskan badan, mual, kanker, sariawan; Asma, sakit kulit, sembelit, mual
akibat perut kotor;
BAGIAN YANG
DIGUNAKAN :
Daun, kulit akar,
dan biji.
INDIKASI :
Daun berkhasiat
untuk:
- batuk berdahak,
- menguruskan
badan,
- mual,
- kanker, dan
- sariawan.
Kulit akar berkhasiat untuk mengatasi :
- asma dan
- sakit kulit.
Biji berkhasiat
untuk mengatasi :
- sembelit dan
- mual akibat
perut kotor.
CARA PEMAKAIAN :
1. Sembelit
a. Siapkan biji ceremai sebanyak 3/4 sendok
teh, dicuci lalu digiling
sampai halus. Seduh dengan 1/2 cangkir
air panas. Sewaktu
masih hangat tambahkan 1 sendok makan
madu, aduk sampai
merata kemudian diminum sekaligus.
Lakukan 2 kali sehari.
b. Siapkan daun ceremai segar sebanyak 3 g,
dicuci lalu ditumbuk
halus. Seduh dengan 1/2 gelas air panas,
lalu didinginkan. Hasil
seduhan diminum sekaligus bersama
ampasnya.
2. Asma :
Siapkan biji ceremai sebanyak 6 biji,
bawang merah 2 butir, akar
kara (Dolichos lablab) 1/4 genggam, buah
lengkeng (Nephelium
longanum; Euphoria longana) 8 butir, dicuci
lalu ditumbuk
seperlunya. Bahan-bahan tersebut lalu
direbus dengan 2 gelas air
bersih sampai.tersisa 1 1/2 gelas. Setelah
dingin disaring, lalu
diminum dengan air gula secukupnya. Sehari
2 kali, masing-masing
3/4 gelas.
3. Kanker :
Siapkan daun ceremai yang masih muda
sebanyak 1/4 genggam,
daun belimbing 1/3 genggam, bidara upas 1/2
jari, gadung cina 1/2
jari, gula enau 3 jari, dicuci lalu
dipotong-potong seperlunya.
Bahan-bahan tadi lalu direbus dengan 3
gelas air bersih sampai
tertinggal kira-kira 3/4 bagian. Setelah
dingin disaring, siap untuk
diminum. Sehari 3 kali, masing-masing cukup
3/4 gelas.
4. Melangsingkan
badan :
Minum air rebusan daun ceremai. Obat ini
bekerja kuat, jangan
menggunakan dalamjangka waktu lama.
CATATAN : Cairan
akar beracun. Sebaiknya tidak menggunakan akar ceremai untuk pengobatan.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS : Daun ceremai berbau khas aromatik, tidak berasa. KANDUNGAN
KIMIA: Daun, kulit batang, dan kayu ceremai mengandung saponin, flavonoida,
tanin, dan polifenol. Akar mengandung saponin, asam galus, zat samak, dan zat
beracun (toksik). Sedangkan buah mengandung vitamin C.
Daun Encok
Sinonim :
= P. auriculata,
Bl. = Tela alba, Lour.
Familia :
Plumbaginaceae
Uraian :
Tumbuhan ini
berasal dari Sri Lanka, kemudian menyebar ke seluruh kawasan tropik, termasuk
Indonesia dan kepulauan Pasifik. Daun encok tumbuh liar di ladang, di tepi
saluran air atau ditanam di pekarangan sebagai pagar hidup dan tempat-tempat
lainnya sampai setinggi + 800 m dpi. Perdu tahunan yang menaik, berbatang
panjang, tinggi 0,6 - 2 m. Batang berkayu, bulat, licin, beralur, bereabang.
Daun tunggal, letak berseling, bertangkai yang panjangnya 1,5 - 2,5 cm, pangkal
tangkai daun agak melebar, memeluk batang. Daun bulat telur sampai jorong,
panjang 5 - 11 cm, lebar 2 - 5 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi
beringgit, pertulangan menyirip, wamanya hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang
keluar di ujung tangkai, kecil-kecil, berambut, berwarna putih. Buah kecil,
bulat panjang, masih muda hijau, setelah tua hitam. Biji kecil, cokelat.
Perbanyakan dengan biji atau setek.
Nama Lokal :
Daun encok, ki
encok (Sunda), ceraka (Sumatera); Bama, godong encok, poksor (Jawa). kareka
(Madura); Bama (Bali), oporie (Timor). ; Agni, chitra, chitraka (India,
Pakistan),; Ceylon leadwort, white flowered leadwort (Inggris).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Rematik sendi,
memar (lebam), keseleo, nyeri lambung, kurap, ; Kanker dan kanker darah.;
BAGIAN YANG
DIGUNAKAN : Akar dan herba.
INDIKASI :
Indikasi Akar
berkhasiat untuk mengatasi:
- rematik sendi,
memar (lebam),
- keseleo, nyeri
lambung,
- kurap, dan
kanker darah.
CARA PEMAKAIAN :
Akar sebanyak 10 -
15 g, direbus selama lebih dari 4 jam.
Pemakaian luar,
daun diremas lalu diletakkan pada bagian tubuh yang kena rematik, sakit
pinggang, memar, kurap, kusta, skabies, sakit ke ala atau diletakkan di perut
bagian bawah bila kencing kurang lancar. Saat menggunakan remasan daun ini
jangan lebih dari 1/2 jam agar tidak timbul lepuh seperti luka bakar.
CONTOH PEMAKAIAN :
1. La Rematik
a. Siapkan segenggam daun segar, dicuci
lalu ditumbuk halus.
Tambahkan air hangat seperlunya sampai
adonan seperti bubur.
Gunakan untuk melumas dan menggosok
bagian tubuh yang sakit.
Lakukan 2 kali sehari.
b. Siapkan daun segar sebanyak 15 g lalu
dicuci bersih. Tambahkan
kapur sirih sebanyak 1 sendok makan.
Carnpuran ini lalu ditumbuk
sampai lumat, kemudian dibalurkan ke
tempat yang.sakit.
2. Sakit kepala
a. Siapkan daun encok secukupnya, lalu
dipipis. Tambahkan sedikit
minyak kelapa sampai menjadi adonan
seperti bubur. Letakkan di
pelipis dan bagian kepala yang sakit
sebagai tapal. Cukup 30
menit supaya tidak terjadi lepuh.
b. Siapkan daun encok segar, lalu cuci
bersih dan memarkan.
Oleskan minyak kelapa lalu layukan di
atas api. Tempelkan di
belakang telinga.
3. Kencing kurang
lancar
Ambil daun encok secukupnya, tambahkan adas
pulosari lalu giling
halus. Gosokkan ramuan tersebut di perut
bagian bawah, tepat di
posisi kandung kencing. Cukup 30 menit agar
tidak terjadi lepuh.
4. Kanker darah
Siapkan akar daun encok, biji Livistona
chinensis, Hedyotis diffusa
(rumput lidah ular) dan Verbena officinalis
(verbenae berbalma bian cao),
masing-masing 30 g, dan Spica prunellae (xia ku caol dari
tumbuhan Prunella vulgaris L.) 15 g. Akar
daun encok direbus
terlebih dahulu selama 4 jam dengan air
bersih secukupnya.
Tambahkan air bila air
rebusannya.berkurang. Setelah 4 jam, baru
bahan obat lain-lainnya dimasukkan.
Didihkan kembali selama 1/2
jam. Setelah dingin disaring, dibagi untuk
3 kali minum. Sehari 3
kali, masing-masing 1/3 bagian.
5. Kusta, skabies,
dan kelainan kulit
Ambil akar daun encok, lalu cuci dan tumbuk
sampai halus.
Tambahkan sedikit susu dan air sambil
diaduk merata sampai
menjadi adonan seperti pasta. Oleskan ke
bagian tubuh yang sakit.
CATATAN :
- Perempuan hamil
dilarang menggunakan.
- Bila timbul
keracunan pada kulit, cuci dengan asam borat (boric acid).
- Daun hanya
digunakan untuk pemakaian luar. Pemakaian luar juga
dibatasi selarna 1/2 jam. Terlalu lama
menyebabkan timbulnya lepuh
seperti luka bakar.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS: Daun encok bersifat pahit, tonik, dan beracun. KANDUNGAN
KIMIA : Daun mengandung plumbagin, 3-3-biplumbagin, 3-chloroplum- bagin,
chitranone (3-6-biplumbagin), dan droserone (2-hydroxy plum- bagin). Zat
berkhasiatnya yang bernama plumbagin sangat beracun dan pada pemakaian lokal
dapat menyebabkan kerusakan kulit berupa lepuh seperti luka bakar. Efek
Farmakologis dan hasil Penelitian : Pemberian sari akar daun encok dalam
alkohol 50% dengan dosis 100 mglkg bb dan 150 mglkg bb yang diberikan secara
oral pada mencit betina, mempunyai efek antifertilitas dan abortivum (Sariati
Sirait, Jurusan Farmasi, FMIPA USU, 1990).
Kompri
Sinonim :
Familia :
Boraginaceae
Uraian :
Kompri amat umum
di Eropa dan Asia Barat, yang tumbuh di tanah berumpput basah atau pinggir
selokan. Di Indonesia kompri biasa ditanam dalam pot atau di kebun sebagai
tumbuhan obat. Herba, membentuk rumpun, tinggi 20 - 50 cm. Tumbuhan berbatang
sernu. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,
permukaan berambut kasar, panjang 27 - 50 cm, lebar 4,5 - 14 cm, pertulangan
menyirip, pelepah tumbuh berseling pada pangkal membentuk roset akar, warnanya
hijau. Bunga majemuk, bentuk corong, putih kekuningan. Buah bulat, tiap buah
terdiri dari 4 biji. Biji bulat, kecil, keras, dan hitam. Daun muda bisa
dimakan sebagai sayuran. Perbanyakan dengan pemisahan akar.
Nama Lokal :
Kompri, komring
(Jawa).; K'ang fu li (China), comfrey, knitbone (Inggris).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Rematik, pegal
linu, diare, tifoid, nyeri ulu hati, kanker payudara,; Radang saluran napas
(bronkhitis), luka memar, borok, ; Kencing manis (diabetes melitus), patah
tulang (fraktur), ; Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik gout, radang
usus,; Payudara bengkak karena ASI, gangguan lambung,; Batuk berdahak, radang
amandel (tonsilis), darah haid banyak,; Kencing darah, liur berdarah, dan wasir
berdarah.;
BAGIAN YANG
DIGUNAKAN : Daun dan akar.
INDIKASI :
Daun berkhasiat
untuk mengatasi:
- rematik, pegal
linu,
- diare,
- tifoid,
- nyeri ulu hati,
radang saluran napas (bronkitis), kencing manis (DM),
- tekanan darah
tinggi, dan
- kanker payudara.
Akar berkhasiat
mengatasi:
- luka memar,
borok, luka pada paru,
- tulang patah
(fraktur),
- rematik gout,
- payudara bengkak
karena bendungan ASI,
- radang usus,
gangguan lambung,
- batuk berdahak,
radang amandel (tonsilitis), radang saluran napas
(bronkitis),
- rasa penuh di
dada,
- perdarahan:
darah haid banyak, kencing darah, liur berdarah, dan
wasir berdarah.
CARA PEMAKAIAN :
Akar segar
sebanyak 20-30 g direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, daun segar yang
digiling halus untuk menyembuhkan luka, ekzema, dan memar. Akar yang digiling
halus dicampur sedikit kapur untuk menyembuhkan luka bemanah, borok di tungkai,
bisul besar, wasir, gangren, rematik gout, dan tumor.
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Rematik :
Sebanyak 15 g daun muda segar dicuci lalu
dipotong kecil-kecil.
Makan sebagai lalab.
2. Rematik gout :
Akar kompri segar secukupnya dicuci lalu
digiling halus. Letakkan
pada bagian tubuh yang sakit.
3. Luka memar,
borok, luka pada paru :
Akar kompri segar sebesar 1 ibu jari
dipotong-potong lalu direbus
dengan 1 gelas air bersih atau arak. Setelah dingin disaring, lalu
dibagi untuk 2 kali minum, yaitu pagi dan
sore sama banyak.
4. Rasa penuh di
dada
Akar kompri segar sebanyak 20 g dicuci dan
dipotong-potong
seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas.
Setelah dingin disaring, dibagi untuk 2
kali minum, pagi dan sore.
5. Tulang patah,
luka terpotong, luka baru :
Akar kompri segar secukupnya digiling
halus. Letakkan pada bagian
tulang yang patah atau luka terpotong, lalu
dibalut.
6. Payudara
bengkak, wasir berdarah :
Akar kompri segar secukupnya digiling
halus. Letakkan pada wasir
yang
berdarah atau payudara yang bengkak.
7. Tonsilitis,
bronkitis, batuk berdahak :
Akar kompri segar sebanyak 25 g dicuci lalu
dipotong-potong
seperlunya. Rebus dengan 2 gelas air bersih
sampai tersisa 1 gelas.
Setelah dingin disaring, dibagi 2 sarna
banyak. Minum pagi dan
sore hari.
8. Menghentikan
perdarahan :
Akar kompri segar sebanyak 20 g digiling
halus. Air perasannya
ditambah sedikit anggur, minum.
CATATAN :
- Pemakaian
berlebihan menyebabkan keracunan, terutama kerusakan
hati.
- Sebaiknya
penggunaan kompri untuk pengobatan dibatasi sampai
penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan obat
ini selesai dilakukan.
Penelitian terakhir mengungkapkan kalau
kompri adalah tumbuhan
yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker).
- Untuk pemakaian
luar, penggunaan daun kompri sebagai obat untuk
penyembuhan luka dan tulang patah tidak
bermasalah.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA :
Daun kompri mengandung symphytine, echimidine, anadoline, al- kaloid
pyrrolizidine (PAs), tanin, minyak asiri, allantoin, dan vitamin (B 1, B2, C
dan E). Alkaloid pyrrolizidine diketahui merupakan penyebab kerusakan hati yang
dinamakan hepatic veno-occlusive disease (HVOD). Sedangkan akarnya mengandung
alkaloid pyrrolizidine dengan jumlah yang lebih besar dari daun. Efek
Farkologis dan Hasil Penelitian : lnfus daun kompri 20% dengan takaran 25 dan
40 ml/kg bb mempunyai efek menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan
sebanding dengan suspensi klorpropamida 22,5 mg/kg bb. (Amrizal M., Jurusan
Farmasi, FMIPA, UNAND, 1988).
Benalu
Sinonim :
Familia :
Loranthaceae
Uraian :
Benalu (loranthus)
merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya tidak memerlukan media tanah. Ia hidup
sebagai parasit (parasiet=Belanda), menempel pada dahan-dahan pohon kayu lain
dan mengisap mineral yang larut dalm pohon kayu yang ditempelinya dapat mati.
Bunga benalu berkelamin tunggal biji buahnya mengandung
getah.Pengembangbiakannya melalui binatang atau burung yang memakan biji buah
benalu tersebut. Proses pengembangbiakannya sangat sederhana: biji benalu yang
bergetah itu dimakan binatang atau burung. Kemudian biji benalu tersebut
melekat di dahan dahan kayu bersama dengan kotoran burung yang memakannya, dan
tumbuh di dahan itu.
Nama Lokal :
Benalu
(Indonesia), Kemladean (Jawa), Pasilan;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Tumor, Kanker,
Amandel, Campak;
1. Tumor dan
Kanker
Bahan: 1-2 batang benalu yang menempel pada
1 pohon teh, 1
batang rumput alang-alang, adas palawaras
secukupnya.
Cara Membuat: semua bahan direbus dengan 3
gelas air sampai
mendidih, kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali
sehari ½ gelas.
2. Amandel
Bahan: 1 batang benalu yang menempel pada 1
pohon jeruk nipis,
adas palawaras secukupnya.
Cara Membuat: kedua bahan direbus dengan 3
gelas air sampai
mendidih, kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali
sehari ½ gelas.
3. Campak
Bahan: 1-2 batang benalu adas pulasari
secukupnya.
Cara Membua: kedua bahan tersebut ditumbuk
bersama sampai
halus.
Cara menggunakan: digunakan sebagai bedak
bagi yang kena
campak.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA :
Benalu yang menempel pada tumbuhan tertentu, misalnya the (camellia Sinensis
dari familia tumbuhan theaceae) berdasarkan pengalaman dapat digunakan sebagai
obat anti kanker. Sedang benalu yang menempel pada pohon jeruk nipis (citrus
aurantifolia dari familia tumbuhan rutaceae) dapat digunakan sebagai ramuan
obat untuk penyakit amandel dan jenis benalu umum dapat dimanfaatkan sebagai
obat campak. Kajian secara ilmiah belum dilakukan.
Pisang
Sinonim :
Familia :
Musaceae
Uraian :
Tumbuhan ini
berasal dari Asia dan tersebar di spanyol, Itali, Indonesia, Amerika dan bagian
dunia yang lain. Tumbuhan pisang menyukai daerah alam terbuka yang cukup sinar
matahari , cocok tumbuh didataran rendah sampai pada ketinggian 1000 meter
lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang merupakan tumbuhan
yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan
dan pertumbuhan pelepah pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang , Batang
pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah
Nama Lokal :
Banana (Inggris),
Tsiu, Cha (Cina), Pisyanga, Kila (India); Pisang (Indonesia), Klue (Thailand),
Pyaw, Nget (Burma); Gedang (Jawa), Cau (Sunda), Biu (Bali), Puti (Lampung);
Wusak lambi, lutu (Gorontalo), Kulo (Ambon), Uki (Timor);
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Pendarahan rahim,
Merapatkan vagina, Sariawan usus, Ambeien; Cacar air, Telinga dan Tenggorokan
bengkak, Disentri, Amandel; Kanker perut, Sakit kuning (lever), Pendarahan usus
besar, Diare;
Pemanfaatan :
1. Kanker Perut
Bahan:
Tunas / anak batang pohon pisang dan 1 potong tumbuhan
benalu teh
Cara membuat: anak pisang diparut dan diambil airnya
sebanyak 4
gelas, kemudian direbus bersama dengan
benalu teh tersebut
sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1 gelas, pagi dan sore
dan dilakukan secara teratur.
2. Sakit Kuning
Bahan:
Buah pisang emas yang sudah masak
Cara menggunakan: makan buah pisang emas yang banyak.
3. Keluarga
Berencana
Bahan:
Bunga Pisang ambon
Cara membuat: direbus dengan air sampai mendidih
Cara menggunakan: diminum airnya 2 kali
sehari, pagi hari dan
sebelum tidur. Dilakukan selama 7 hari
berturut turut sesudah
menstruasi
atau melahirkan.
4. Pendarahan Usus
Besar
Bahan:
tunas/ anak pisang dan 1 potong bonggol benalu teh
Cara membuat: anak pisang diparut dan
diperas untuk di ambil
airnya sebanyak 2 gelas kemudian direbus bersama dengan
bonggol benalu teh tersebut sampai mendidih
hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari 1 cangkir.
5. Pendarahan
Rahim
Bahan: tunas / anak pisang dan 1 potong
bonggol benalu teh
Cara membuat: anak pisang diparut dan
diambil airnya sebanyak 2
gelas. Kemudian direbus bersama dengan
bonggol benalu teh
tersebut sampai mendidih hingga tinggal 1
gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 1
kali sehari 1/2 gelas.
6. Mencegah
Pendarahan Sehabis Melahirkan
Bahan: batang pohon pisang
Cara membuat: batang pohon pisang diparut untuk diambil
airnya.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari 1/2 gelas.
7. Sariawan Usus
Bahan:
Kulit buah pisang kluthuk yang sudah masak dan buah
pisang mentah.
Cara membuat: Kulit pisang kluthuk dan buah pisang mentah
tersebut diiris-iris tipis, kemudian
ditumbuk halus, diperas sampai
keluar airnya dan diembun-embunkan semalam
di luar rumah.
Cara menggunakan: diminum setelah bangun tidur / pagi hari.
8. Merapatkan
Vagina dan Mencegah Pendarahan
Bahan:
batang pohon pisang batu yang belum berbunga.
Cara membuat: Pohon pisang dipancung untuk diambil airnya
yang
bersih
Cara menggunakan: digunakan untuk mencuci Vagina setelah
bersalin.
9. Ambeien
Bahan:
buah pisang kluthuk yang masih mentah, adas pulasari
secukupnya dan 1 potong gula merah.
Cara membuat: buah pisang kluthuk diparut untuk diambil airnya.
Kemudian dicampur dengan bahan lainnya dan
diaduk sampai
merata.
Cara menggunakan: disaring dan diminum.
10. Cacar Air
Bahan:
bonggol batang pisang kluthuk, adas pulosari
Cara membuat: bonggol pisang diparut untuk diambil airnya,
kemudian dicampur dengan bahan lainnya
sampai merata.
Cara menggunakan: disaring dan diminum.
11. Telinga
Bengkak
Bahan:
Kulit pisang kustruk
Cara membuat: Kulit pisang dipanggang dan dalam keadaan
hangat-hangat diperas untuk diambil
airnya.
Cara menggunakan: dioleskan pada bagian telinga yang bengkak.
12. Tenggorokan
Bengkak
Bahan:
Bonggol pisang kapok (kepok)
Cara membuat: Bonggol pisang diparut dan diperas untuk
diambil
airnya.
Cara menggunakan: dipakai untuk kumur.
13. Disentri
Bahan: Bonggol pisang kluthuk
Cara membuat: diparut untuk diambil airnya
sebanyak 1/2 gelas
Cara menggunakan: diminum 3 hari sekali
14. Diare (orang
dewasa)
Bahan:
buah pisang kapur mentah
Cara membuat: dibakar
Cara menggunakan: dimakan
15. Diare (Bayi)
Bahan:
buah pisang kapok (kepok) mentah
Cara membuat: diiris-iris dan digoreng tanpa minyak
Cara menggunakan: dimakan oleh ibu yang sedang menyusui bayi
tersebut.
16. Amandel
Bahan:
bonggol batang pisang
Cara membuat: diparut dan diperas untuk diambil airnya
Cara menggunakan: diminum.
17. Mencegah
Infeksi
Bahan:
getah pelepah daun pis
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA :
Menurut penelitian pisang mengandung kadar antara lain : - Vitamin A, B1, C -
Lemak - Mineral (Kalium, chlor, natrium, magnesium, posfor ) - Karbohidrat -
Dextrose - Air - Sucrose - Levulose - Zat Putih telut - Zat Tepung
Sambiloto
Sinonim :
= Andrographis
paniculata, Ness. = Justicia stricta, Lamk. = J.paniculata, Burm. =
J.latebrosa, Russ.
Familia :
Acanthaceae
Uraian :
I. Uraian
Tumbuhan. Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi
sungai, tanah kosong yang agak lernbap, atau di pekarangan. Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Terna semusim, tinggi 50 - 90 cm, batang
disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang
membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk
lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua,
bagian bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan rasemosa
yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang atau ketiak daun.
Bunga berbibir berbentuk tabung;kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah
kapsul berbentuk jorong, panj ang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan
ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur menjadi 4 keping-Biji gepeng,
kecil-kecil, warnanya cokelat muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
II. Syarat Tumbuh a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m - 700 m di atas permukaan
laut · Curah hujan tahunan : 2.000 mm - 3.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100
mm/bulan): 5 bulan - 7 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 4 bulan - 7
bulan · Suhu udara : 250 C - 320 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang
b. Tanah · Tekstur : berpasir · Drainase : baik · Kedalaman air tanah : 200 cm
- 300 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : di atas 25 cm dari
permukaan tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,5 · Kesuburan : sedang - tinggi 2.
Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Buatkan lubang tanam berukuran 25 cm x 25
cm x 25 cm b. Persiapan bibit · Biji disemaikan dalam kantong plastik. c.
Penanaman · Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak
tanam 1,5 m x 1,5 m
Nama Lokal :
Ki oray, ki
peurat, takilo (Sunda). bidara, sadilata, sambilata,; takila (Jawa). pepaitan
(Sumatra).; Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China), xuyen tam lien,;
cong cong (Vietnam). kirata, mahatitka (India/Pakistan).; Creat, green
chiretta, halviva, kariyat (Inggris).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Hepatitis, infeksi
saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, ; Influenza, radang amandel
(tonsilitis), abses paru, malaria, ; Radang paru (pneumonia), radang saluran
napas (bronkhitis),; Radang ginjal akut (pielonefritis), radang telinga tengah
(OMA), ; Radang usus buntu, sakit gigi, demam, kencing nanah (gonore),; Kencing
manis (diabetes melitus), TB paru, skrofuloderma,; Batuk rejan (pertusis),
sesak napas (asma), leptospirosis,; Darah tinggi (hipertensi), kusta (morbus
hansen=lepra),; Keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut,;
Kanker:penyakit trofoblas, kehamilan anggur (mola hidatidosa),; Trofoblas ganas
(tumor trofoblas), tumor paru.;
BAGIAN YANG
DIGUNAKAN :
Herba. Dipanen
sewaktu tumbuhan ini mulai berbunga. Setelah dicuci, dipotong-potong seperlunya
lalu dikeringkan.
INDIKASI :
Herba sambiloto
ini berkhasiat untuk mengatasi:
- hepatitis,
infeksi saluran empedu,
- disentri
basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis),
abses paru, radang paru (pneumonia), radang
saluran napas
(bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis
akut), radang telinga
tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi,
- demam, malaria,
- kencing nanah
(gonore),
- kencing manis
(DM),
- TB paru,
skrofuloderma, batuk rej an (pertusis), sesak napas (asma),
- darah tinggi
(hipertensi),
- kusta (morbus
hansen = lepra),
- leptospirosis,
- keracunan jamur,
singkong, tempe bongkrek, makanan laut,
- kanker: penyakit
trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa)
dan penyakit trofoblas ganas (tumor
trofoblas), serta tumor paru.
CARA PEMAKAIAN :
Herba kering
sebanyak 10 - 20 g direbus atau herba kering digiling halus menjadi bubuk lalu
diseduh, minum atau 3 - 4 kali sehari, 4
- 6 tablet. Untuk pengobatan kanker, digunakan cairan infus, injeksi, atau
tablet. Untuk pemakaian luar, herba segar direbus lalu airnya digunakan untuk
cuci atau digiling halus dan dibubuhkan ke tempat yang sakit, seperti digigit
ular berbisa, gatal-gatal, atau bisul.
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Tifoid
Daun sambiloto segar sebanyak 10 - 15
lembar direbus dengan 2
gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin disaring, tambahkan
madu secukupnya lalu diminum sekaligus.
Lakukan 3 kali sehari.
2. Disentri
basiler, diare, radang saluran napas, radang paru
Herba kering sebanyak 9 - 15 g direbus
dengan 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring.
Air rebusannya diminum
sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
3. Disentri
Herba krokot segar (Portulaca oleracea)
sebanyak 500 g diuapkan
selama 3 - 4 menit, lalu ditumbuk dan
diperas. Air perasan yang
terkumpul ditambahkan bubuk kering
sambiloto sebanyak 10 g
sambil diaduk. Campuran tersebut lalu
diminum, sehari 3 kali
masing-masing 1/3 bagian.
4. Influenza,
sakit kepala, demam
Bubuk kering sambiloto sebanyak 1 g diseduh
dengan cangkir air
panas. Setelah dingin diminum sekaligus,
Lakukan 3 - 4 kali sehari.
5. Demam
Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam
ditumbuk. Tambahkan
1/2 cangkir air bersih, saring lalu minum
sekaligus. Daun segar yang
digiling halus juga bisa digunakan sebagai
tapal badan yang panas.
6. TB paru
Daun sambiloto kering digiling menjadi
bubuk. Tambahkan madu
secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat
pil dengan diameter 0,5
cm. Pil ini Ialu diminum dengan air matang.
Sehari 2 - 3 kali, setiap
kali minum 15 - 30 pil.
7. Batuk rejan
(pertusis), darah tinggi
Daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar
diseduh dengan 1/2
cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya
sambil diaduk.
Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan
sehari 3 kali.
8. Radang paru,
radang mulut, tonsilitis
Bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 -
4,5 g diseduh dengan
air panas. Setelah dingin tambahkan madu
secukupnya lalu diminum
sekaligus.
9. Faringitis
Herba sambiloto segar sebanyak 9 g dicuci
lalu dibilas dengan air
matang. Bahan tersebut lalu dikunyah dan
aimya ditelan.
10. Hidung
berlendir (rinorea), infeksi telinga tengah (OMA), sakit gigi
Herba sambiloto segar sebanyak 9 - 15 g
direbus dengan 3 gelas air
sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin
disaring, lalu diminum 2 kali
sehari @ 1/2 gelas. Untuk OMA, herba segar
dicuci lalu digiling
halus dan diperas. Airnya digunakan untuk
tetes telinga.
11. Kencing manis
Daun sambiloto segar sebanyak 1/2 genggam
dicuci lalu direbus
dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2
1/4 gelas. Setelah dingin
disaring, lalu diminum sehabis makan, 3
kali sehari @ 3/4 gelas.
12. Kencing nanah
Sebanyak 3 tangkai sambilo
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS : : Herba ini rasanya pahit, dingin, masuk meridian paru,
lambung, usus besar dan usus kecil. KANDUNGAN KIMIA : Daun dan percabangannya
mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat
pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan
homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral
(kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan damar. Flavotioid diisolasi
terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin, pan.ikulin, mono-0-
metilwithin, dan apigenin-7,4- dimetileter. Zat aktif andrografolid terbukti
berkhasiat sebagai hepatoprotektbr (melindungi sel hati dari zat toksik). Efek Farmakologis
dan Hasil Penelitian : 1. Herba ini berkhasiat bakteriostatik pada
Staphylococcus aurcus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella
dysenteriae, dan Escherichia coli. 2. Herba ini sangat efektif untuk pengobatan
infeksi. In vitro, air rebusannya merangsang daya fagositosis sel darah putih.
3. Andrografolid menurunkan demam yang ditimbulkan oleh pemberian vaksin yang
menyebabkan panas pada kelinci. 4. Andrografolid dapat mengakhiri kehamilan dan
menghambat pertumbuhan trofosit plasenta. 5. Dari segi farmakologi, sambiloto
mempunyai efek muskarinik pada pembuluh darah, efek pada jantung iskeniik, efek
pada respirasi sel, sifat kholeretik, antiinflamasi, dan antibakteri. 6.
Komponen aktifnya seperti ncoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid
dan 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid berkhasiat antiradang dan
antipiretik. 7. Pemberian rebusan daun sambiloto 40% bly sebanyak 20 milkg bb
dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (W. Sugiyarto, Fak. Farmasi
UGM, 1978). 8. Infus daun sarnbiloto 5%, 10% dan 15%, semuanya dapat menurunkan
suhu tubuh marmut yarrg dibuat demam (Hasir, jurusan Farmasi, FMIPA UNHAS,
1988). 9. Infus herba sambiloto mempunyai daya antijamur terhadap Microsporum
canis, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, Candida albicans, dan
Epidermophyton floccosum (Jan Susilo*, Endang Hanani **, A. Soemiati** dan Lily
Hamzah**, Bagian Parasitologi FK UI* dan Jurusan Farmasi FMIPAUI**, Warta
Perhipba No.Flll, Jan-Maret 1995). 10. Fraksi etanol herba sambiloto mempunyai
efek antihistaminergik. Peningkatan konsentrasi akan meningkatkan hambatan
kontraksi ileum marmot terisolasi yang diinduksi dengan histamin
dihidroksiklorida (Yufri Aidi, N.C. Sugiarso, Andreanus, AA.S., Anna Setiadi
Ranti, Jurusan Farmasi FMIPA, ITB, Warta Tumbuhan Obat Indonesia vol. 3 No. 1,
1996).
Cakar Ayam
Sinonim :
Familia :
Selaginellaceae
Uraian :
Termasuk divisi
Pteridophyta, tumbuhan paku-pakuan ini tumbuh pada tebing, jurang, dan
tempat-tempat teduh yang berhawa dingin. Batang tegak, tinggi 15 - 35 cm,
keluar akar pada percabangan. Daunnya kecil-kecil, panjang 4 - 5 mm, lebar 2
mm, bentuk jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian atas hijau
tua, bagian bawah hijau muda. Daun tersusun di kiri kanan batang induk sampai
kepercabangannya, yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya.
Nama Lokal :
Rumput solo,
cemara kipas gunung; Shi shang be (China).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Kanker paru,
Bronkhitis, Radang paru, Tonsilis, Batuk, Koreng; Hepatitis, Perut busung,
infeksi saluran kencing, Tulang patah; Reumatik;
BAGIAN YANG
DIPAKAI : Seluruh tanaman, pemakaian kering.
KEGUNAAN :
1.
Chorioepithelioma, choriocarcinoma, kanker nasopharynx, kanker
paru.
2. infeksi saluran
nafas, bronchitis, radang paru (Pneumonia), tonsilitis.
3. Batuk, serak,
koreng.
4. Hepatitis,
cholecystitis, cirrhosis (Pengecilan hati), perut busung
(ascites), infeksi akut saluran kencing.
5. Tulang patah
(fraktur), rheumatik.
PEMAKAIAN : 15 -
30 gr , untuk pengobatan kanker; 50 - 100 gr, rebus selama 3 - 4 jam.
PEMAKAIAN LUAR :
Tanaman segar
dilumatkan, tempel ke tempat yang sakit.
CARA PEMAKAIAN:
1. Kanker :
60 gr S. doederleinii kering direbus selama
3 - 4 jam dengan api
kecil, minum setelah dingin.
2. Batuk, radang
paru, radang amandel (Tonsilitis):
30 gr
S.doederleinii direbus, minum.
3. Jari tangan
bengkak: Dilumatkan, tempel ke tempat yang sakit.
4. Tulang patah:
15 - 30 gr S.doederleinii segar direbus,
minum.
Pemakaian Luar, dilumatkan dan ditempelkan
ke tempat yang patah,
bila patahnya tertutup dan posisi tulangnya
baik.
Sudah dibuat
infus, tablet dan obat suntik.
Untuk kanker : 18 tablet
60 gr herba segar.
Diminum sehari 3 x
6 - 8 tablet.
Obat Paten :
Decancerlin.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS: Manis, hangat. Penurun panas, antitoxic, anti kanker
(antineoplastic), menghentikan perdarahan (hemostatik), anti bengkak
(antioedem).
Jarak
Sinonim :
R. inermis et
lividus, Jacq. R. speciosus, Burm. R. viridis, Willd. Croton spinosa, Linn.
Familia :
Euphorbiaceae
Uraian :
Tumbuh liar di
hutan, tanah kosong, sepanjang pantai, atau ditanam sebagai komoditi
perkebunan. Dapat tumbuh di areal yang kurang subur asalkan pH tanahnya 6 - 7
dan drainase airnya baik, sebab akar jarak tidak tahan terhadap genangan air.
jarak merupakan perdu tegak yang tumbuh pada ketinggian antara 0 - 800 m di
atas permukaan laut, tinggi 2 - 3 m, mudah dikembang-biakkan dengan biji-bijian
yang telah tua. Jarak adalah tumbuhan setahun (anual) dengan batang bulat
licin, berongga, berbuku-buku jelas dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas,
warna hijau bersemburat merah tengguli. Daun tunggal, tumbuh berseling, bangun
daun bulat dengan diameter 10 - 40 cm, bercangap menjari 7 - 9, ujung daun
runcing, tepi bergigi, warna daun di permukaan atas hijau tua permukaan bawah
hijau muda (Ada varietas yang berwarna merah). Tangkai daun panjang, berwarna
merah tengguli, daun bertulang menjari. Bunga majemuk, berwarna kuning oranye,
berkelamin satu. Buahnya bulat berkumpul dalam tandan, berupa buah kendaga,
dengan 3 ruangan, setiap ruang berisi satu biji. Buahnya mempunyai duri-duri
yang lunak, berwarna hijau muda dengan rambut merah.
Nama Lokal :
Jarak, jarak
jitun, kaliki (Sunda), Jarak (jawa), Kaleke (Madura),; Gloah, lulang, dulang,
jarak, kalikih alang, jarag (Sumatra),; Malasai, kalalei, alale, tangang jara,
peleng kaliki jera (Sulawesi); Jarak (Bali), luluk (Roti), paku penuai (Timor),
Balacai (Ternate), ; Balacai tamekot (Halmahera), tetanga (Bima), luluk
(Roti),; Bi ma (China).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Kanker rahim,
Kank. kulit, Sulit buang air besar, Sulit. Melahirkan, ; TBC, Bisul, Koreng,
Scabies, Infeksi jamur, Jerawat, lumpuh otot muka; Gatal, Batuk, Hernia,
Bengkak, Reumatik, Tetanus, Bronkhitis;
BAGIAN YANG
DIPAKAI:
Biji, akar, daun
dan minyak dari bijinya.
KEGUNAAN:
Biji: Kesulitan buang air besar (Constipation),
kanker mulut rahim dan
kulit (Carsinoma of cervix and skin),
visceroptosis/ gastroptosis,
kesulitan melahirkan dan retensi
placenta/ari-ari (difficult labor and
retention of placenta), kelumpuhan otot
muka (facial nerve
paralysis), TBC kelenjar, bisul, koreng,
scabies dan infeksi jamur.
Juga dipakai pada bengkak (edema).
Daun: Koreng,
eczema, gatal (pruritus), batuk sesak, hernia.
akar: Rheumatik
sendi, tetanus, epilepsi, bronchitis pada anak-anak,
luka terpukul, TBC kelenjar,
schizophrenia (gangguan jiwa).
Minyak :
Constipasi, koreng, luka bakar.
CARA PEMAKAIAN:
Biji :
1. Koreng:
20 biji dibuang kulitnya, dilumatkan
menjadi berbentuk bubur,
ditambah sedikit garam dan diaduk rata.
Tempel di tempat sakit
sehari 2x.
2. Prolapsus
uterus dan rectum:
Lumatkan biji jarak dan dipakai/ditempelkan
pada titik Pai hui yang
terletak di kepala.
3. Kesulitan
melahirkan dan retensi placenta:
Lumatkan biji jarak dan tempelkan ketitik
akupunktur Yungchuan
(VIII/1 = K-1) yang terletak di
tengah-tengah telapak kaki.
4. Kelumpuhan otot
wajah:
Lumatkan biji jarak, tempelkan pada sendi
mandibular dan
lengkungan mulut, 1 x hari, selama 10 hari.
5. Kanker cervix:
Salep/cream berisi 3-50/o ricin &
3% dimethyl sulfoxide, dioleskan
pada kanker cervix 1 x / hari, 5 - 6x /
minggu untuk 1 - 2 bulan.
Dilakukan bersama-sama dengan penyinaran
extracorporal.
Efek samping:
nyeri perut, gatal
pada liang kemaluan, gatal seluruh tubuh, eczema, biduran (Urticaria), serak,
pembengkakan larynx, gatal pada tenggorokan, pengelupasan kulit telapak tangan
dan kaki, menggigil, demam, yang hilang dengan obat-obat symptomatik.
Daun: Pemakaian
luar: Direbus, airnya untuk cuci atau dilumatkan,
tempel.
- Bengkak: Daun dikukus matang,
dibungkus ditempat yang sakit.
- Hernia: Daun + sedikit garam
dilumatkan, tempelkan dititik
tengah telapak kaki.
- Koreng: Daun segar direndam air panas
sampai lemas,
tempelkan ke tempat sakit.
Minyak:
- Constipasi: Anak-anak 4 ml dan Dewasa
5 - 20 ml, minum pagi
hari
sewaktu perut kosong. Wanita hamil dan sedang haid
dilarang minum (Sebabkan kongesti
ringan pada organ panggul).
Akar: 15 - 30 gr,
rebus atau ditim, minum.
Pemakaian luar: Dilumatkan, tempel.
- Rheumatik persendian, epilepsi
(Ayan): 15 - 30 gr akar direbus,
minum.
- Pegal-pegal, luka terpukul: 9 - 12 gr
akar kering, rebus.
GEJALA KERACUNAN:
Sakit kepala,
muntah berak, panas, leukositosis, gambaran darah putih bergeser kekiri,
produksi kencing terhenti, keringat dingin, kejang-kejang, prostration,
meninggal. Kematian dapat terjadi dengan
menelan 20 biji jarak pada orang dewasa dan 2 - 7 biji pada anak-anak.
Menghilangkan
racunnya dilakukan dengan cara memanaskan 100' C atau lebih selama 20 menit
atau direbus selama 2 jam. Tetapi
khasiat anti kanker hilang dengan pemanasan.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS: Biji : Rasa manis, pedas, netral. Biji segar sangat beracun,
yang hilang dengan cara direbus selama 2 jam atau dengan pemanasan 100'C selama
20 menit. Anti radang, pencahar (purgative actions), koreksi prolaps,
anti-neoplastik (anti-kanker), menghilangkan racun (eliminates toxin). Akar:
Bersifat penenang, anti-rheumatik. KANDUNGAN KIMIA: Biji : Minyak ricinic 40-
50 % dengan kandungan glyceride dari ricinoleic acid, isoricinoleic acid, oleic
acid, linolenic acid, dan stearic acid. Juga mengandung ricinine, sejumlah
kecil cytochrome C, Lipase dan beberapa enzym. Disamping ricin D, dengan cara
pemurnian bertingkat didapat acidic ricin dan basic ricin. Daun:
Kaemferol-3-rutinoside, nicotiflorin, isoquercitrin, rutin, kaempferol,
quercetin, astragalin, reynoutrin, ricinine, vit.C 275 mg %. Minyak: Ricinoleic
acid 80%, palmitic acid, stearic acid, linoleic acid, linolenic acid,
dihydroxystearic acid, triricinolein 68,2%, diricinolein 28%, monoricinolein
2,9%, nonricinolein 0,9%. Akar: Methyltrans-2-decene-4,6,8-triynoate,
1-tridecene-3,5,7,9,11-pentyne, Beta-sitosterol.
Rumput Mutiara
(Hedyotis
corymbosa (L.] Lamk.)
Sinonim :
Oldenlandia
corymbosa, Linn.
Familia :
Rubiaceae
Uraian :
Rumput tumbuh
rindang berserak, agak lemah, tinggi 15 - 50 cm, tumbuh subur pada tanah lembab
di sisi jalan, pinggir selokan, mempunyai banyak percabangan. Batang bersegi,
daun berhadapan bersilang, tangkal daun pendek/hampir duduk, panjang daun 2 - 5
cm, ujung runcing, tulang daun satu di tengah. Ujung daun mempunyal rambut yang
pendek. Bunga ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti payung berwarna
putih, berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk) keras seperti kawat,
panjangnya 5 10 mm. Buah built, ujungnya pecah-pecah. Rumput ini mempunyai
khasiat sama seperti Hedyotis diffusa Willd. = Rumput Iidah ular = Baihua she
she cao.
Nama Lokal :
Rumput siku-siku,
bunga telor belungkas (Indonesia); Daun mutiara, rumput mutiara (Jakarta);
Katepan, urek-urek polo (Jawa), Pengka (Makasar); Shui xian cao (China).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Tonsilis, Bronkhitis,
Gondongan, Pneumonia, Radang usus buntu; Hepatitis, Radang panggul, Infeksi
saluran kemih, Bisul, Borok; Kanker: Lymphosarcoma, Ca lambung, Ca cervix,
kanker payudara, rectum, fibrosarcoma, dan Ca nasophar;
BAGIAN YANG
DIPAKAI:
Seluruh tanaman,
segar atau dikeringkan.
KEGUNAAN:
- Tonsilitis,
pharyngitis, bronchitis, pneumonia, gondongan (Mumps).
- Radang usus
buntu (Acute appendicitis).
- Hepatitis,
cholecystitis.
- Penyakit radang
panggul (Pelvic inflammatory disease), infeksi
saluran kemih.
- Bisul
(carbuncle), borok,
- Kanker:
Lymphosarcoma, Ca lambung, Ca cervix, kanker payudara,
rectum, fibrosarcoma, dan Ca nasopharynx.
PEMAKAIAN:
15 - 60 gr, rebus.
Sudah dibuat tablet, granule, dan obat suntik.
PEMAKAIAN LUAR:
- Memar, pyodermi,
gigitan ular, tersiram air panas, tulang patah, terkilir:
Lumatkan herba segar, untuk dibubuhkan di
tempat yang sakit.
- Tersiram air
panas : Herba segar secukupnya direbus, untuk cuci.
CARA PEMAKAIAN:
1. Radang usus
buntu (Acute simple appendicitis) dan peritonitis lokal
yang ringan:
60 gr herba direbus, dibagi untuk 2 - 3 X
minum, selama 6 - 8 hari.
Pada kasus berat, harus dengan campuran
lain.
2. Sumbatan
saluran sperma (Epididymic stasis):
30 gr herba ini direbus, minum selama 3 - 4
minggu, pada kasus-
kasus nyeri buah zakar akibat gumpalan
sperma setelah dilakukan
pengikatan saluran epididymis.
3. Kanker :
30 - 60 gr direbus, minum. Ditambahkan pada
pengobatan
convensional/obat anti neoplastic, baik
bersama-sama atau
diberikan berseling.
EFEK YANG
MENYIMPANG:
Beberapa penderita
merasakan mulut kering setelah pemakaian selama 10 hari. Suntikan dosis tinggi menyebabkan penurunan
sel darah putih yang ringan, dan kembali normal setelah 3 - 5 hari obat
dihentikan. Beberapa kasus chronic
asthmatic bronchitis menyebabkan nervous.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa manis, sedikit pahit, lembut, netral, agak dingin.
Menghilangkan panas, anti-radang, diuretik, menyembuhkan bisul (anti
carbuncular), menghilangkan panas dan toxin, mengaktifkan circulasi darah.
KANDUNGAN KIMIA: Baihua she-she cao mengandung: Hentriacontane, stigmasterol,
ursolic acid, oleanolic acid, Beta-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric
acid, flavonoid glycosides, dan baihuasheshecaosu (kemungkinan analog
coumarin).
Bidara Upas
(Merremia mammosa
(Lour.) Hall.f.)
Sinonim :
= Batatta mammosa,
Rumph. = Convoivuius mammosa, Hall. = lpomoea mammosa, Chois.
Familia :
Convolvulaceae
Uraian :
Tumbuh liar di
hutan, kadang di tanam di halaman dekat pagar sebagai tanaman obat atau karena
umbinya dapat dimakan. Tumbuh dengan baik di daerah tropik dari dataran rendah
sampai ketinggian 250 m dpi. Tanaman ini mungkin didatangkan dari Philippine, merupakan
tanaman merayap atau membelit yang panjangnya 3-6 m, batangnya kecil bila
dipegang agak licin dan warnanya agak gelap. Daun tunggal, bertangkai panjang,
berbentuk jantung, tepi rata, ujung meruncing, panjang 5-12 cm, lebar 4-15 cm,
warnanya hijau tua. Perbungaan berbentuk payung menggarpu berkumpul 1-4 bunga,
bentuknya seperti lonceng berwarna putih, panjang 7-8 cm, dengan 4 helai
kelopak. Umbi berkumpul didalam tanah, mirip ubi jalar. Bila tanahnya kering
dan tidak tergenang air serta gembur, beratnya dapat mencapai 5 kg atau lebih.
Warna kulit umbinya kuning kecoklatan, kulitnya tebal bergetah warna putih,
bila kering warnanya menjadi coklat. Perbanyakan dengan stek batang atau
menanam umbinya.
Nama Lokal :
Blanar, widara
upas (Jawa), hailale (Ambon).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Demam, batuk,
serak, Difteri, Radang tenggorok, radang paru,; Radang usus buntu, Typhus,
sembelit, Muntah darah, Kanker; Kencing manis, Keracunan, gigitan ular, kusta,
syphilis (Luns).;
BAGIAN YANG
DIPAKAI: Umbi.
KEGUNAAN:
- Demam, batuk,
serak.
- Difteri, Radang
tenggorok, radang paru, radang usus buntu.
- Typhus,
sembelit, buang air besar darah dan lendir.
- Muntah darah.
- Kencing manis
(DM), Batu kandung kencing, Keracunan makanan,
gigitan ular.
- Kanker, kusta,
syphilis (Lues).
PEMAKAIAN LUAR:
Digunakan untuk
memperlancar keluarnya air susu ibu (ASI), obat luka terpotong, luka bakar,
bengkak, penyakit kulit, gigitan ular.
PEMAKAIAN:
Untuk minum:
10-100 g umbi segar diparut atau digodok.
Pemakaian luar: Umbi diiris tipis-tipis atau diparut menjadi
bubur, untuk dibalurkan ketempat yang sakit seperti luka, bengkak-bengkak,
gigitan ular dan sebagainya.
CARA PEMAKAIAN:
1. Radang usus
buntu :
1/4 jari umbi dicuci bersih lalu diparut
dan diremas dengan 1 sendok
makan air gula, kemudian diperas dan
disaring Ialu diminum. Sehari
2 kali.
2. Muntah darah,
typhus:
Umbi segar secukupnya dicuci bersih lalu
diparut, peras dengan
sepotong kain sampai terkumpul sebanyak 1
gelas kecil. Minum.
3. Buang air besar
darah dan lendir :
50 g umbi dicuci lalu dipotong-potong,
tambahkan gula jawa
secukupnya, godok dengan 2 gelas air bersih
sampai tersisa 1 gelas.
Setelah dingin disaring, minum
sedikit-sedikit.
4. Difteri :
Umbi segar secukupnya, dicuci lalu diparut,
peras dengan sepotong
kain sampai terkumpul 1 gelas kecil.
Dipakai untuk kumur-kumur di
tenggorokan selama 23 menit, lalu ditelan.
5. Serak, batuk
kering:
Umbi segar sebesar 1 jari tangan dicuci
bersih, dipotong tipis-tipis
lalu dikunyah. Lakukan 3-4 kali dalam sehari.
6. Batuk :
100 g umbi segar dicuci lalu diparut,
tambahkan sirop gula batu
secukupnya, diaduk sampai merata lalu
diperas dan disaring, minum.
7. Batuk rejan:
1/2 jari umbi segar dicuci lalu diparut,
diremas dengan 2 sendok
makan air masak dan 1 sendok makan madu,
peras dan saring,
minum. lakukan 2 kali sehari.
8. Kencing
manis:
100 g umbi segar dicuci bersih Ialu
diparut, peras dengan sepotong
kain.
Minum setiap pagi, 1/2 jam
sebelum makan.
9. Keracunan
makanan:
Umbi segar secukupnya dicuci bersih Ialu
diparut, peras dengan
sepotong kain sampai terkumpul 1/2
gelas. Minum.
10. Kanker, kusta
(Morbqs Hanson):
3/4 jari umbi segar dicuci lalu diparut,
tambahkan 4 sendok makan
air matang dan 2 sendok makan madu. Diaduk merata, lalu diperas
dengan sepotong kain, dibagi untuk 3 kali
minum yang habis dalam
sehari.
11. Luka-luka di
kulit :
Umbi segar dicuci lalu diiris tipis-tipis,
letakkan di atas luka.
12. Melancarkan
pengeluaran ASI:
Umbi segar dicuci bersih lalu diparut,
borehkan disekeliling
payudara.
13. Luka bakar:
Umbi segar dicuci bersih lalu diparut,
bubuhkan diatas luka bakar,
bila perlu dibalut.
14. Gigitan ular:
Umbi segar dicuci lalu diparut sampai
menjadi adonan seperti
bubur.Tempelkan diatas luka gigitan, lalu
dibalut.
15. Syphilis
(lues):
1 jari umbi segar dicuci bersih lalu
diparut, tambahkan 2 sendok
makan air masak dan 1 sendok makan madu murni, peras dan
saring, minum. Lakukan 3 kali sehari.
16. Batu kandung
kencing / kencing batu:
10 g umbi bidara upas, 10 g daun kumis
kucing, 15 g daun keji
beling, dicuci lalu umbi dipotong-potong
seperlunya. Rebus dengan
1 liter air, sampai tersisa 150 cc. Setelah dingin disaring lalu
diminum. Sehari 3 x 50 cc.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS: Anti radang, menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan
bengkak, pencahar (laxative), menetralkan racun (antidote), penyejuk. KANDUNGAN
KIMIA: Damar, resin, pati, zat pahit. Getah segar mengandung zat oxydase.
Ki Tolod
Sinonim :
= Laurentia
longiflora, (Linn.), Peterm.
Familia :
Campanuiaceae
Uraian :
Tanaman yang
berasal dari Hindia Barat ini tumbuh liar di pinggir saluran air atau sungai,
pematang sawah, sekitar pagar dan tempat-tempat lainnya yang lembab dan
terbuka. Ki tolod dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 1.100 m dpl. Terna
tegak, tinggi mencapai 60 cm, bercabang dari pangkalnya, bergetah putih yang
rasanya tajam dan mengandung racun. Daun tunggal, duduk, bentuknya lanset,
permukaan kasar, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi melekuk ke dalam,
bergigi sampai melekuk menyirip. Panjang daun 5-17 cm, lebar 2-3 cm, warnanya
hijau. Bunganya tegak, tunggal, keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang,
mahkota berbentuk bintang berwarna putih. Buahnya berupa buah kotak berbentuk
lonceng, merunduk, merekah menjadi dua ruang, berbiji banyak. Perbanyakan
dengan biji, stek batang atau anakan.
Nama Lokal :
Ki tolod, daun
tolod (Sunda), Kendali, sangkobak (Jawa);
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Sakit gigi, Asma,
Bronkhitis, radang tenggorokan, Obat luka; Obat tetes mata, Obat kanker;
BAGIAN YANG
DIPAKAI: Daun, bunga atau seluruh tanaman.
KEGUNAAN:
Daun:
- Sakit gigi.
- Asma,
bronkhitis, radang tenggorok.
- Obat luka.
Bunga:
- Obat tetes mata.
Seluruh tanaman:
- Obat kanker.
PEMAKAIAN:
Untuk minum: 3
lembar daun, direbus.
Pemakaian luar:
Daun dicuci bersih lalu dilumatkan, letakkan ditempat yang sakit.
CARA PEMAKAIAN:
1. Bronkhitis,
radang tonggorok:
3 lembar daun segar dicuci bersih lalu
direbus dengan 2 gelas air
bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin disaring lalu diminum.
Lakukan 2 kali sehari, pagi dan sore.
2. Sakit gigi:
2 lembar daun dicuci bersih lalu ditumbuk
halus, taruh pada lubang
gigi yang sakit.
3. Obat luka:
Daun segar secukupnya dicuci bersih lalu
ditumbuk sampai halus.
Tempelkan pada luka lalu dibalut dengan
kain bersih. Ganti 2-3 kali
sehari.
CATATAN : Tanaman
ini beracun. Untuk sekali minum, tidak boleh lebih dari 3 lembar daun.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
EFEK FARMAKOLOGIS: Getahnya beracun. Anti radang. KANDUNGAN KIMIA: Senyawa
alkaloid yaitu lobelin, lobelamin, isotomin.
Pacar Air
Sinonim :
Impatiens cornuta,
Linn. Impatiens hortensis, Desf. Impatiens mutila, D.C. I.triflora Blanco
Balsamina mutila, DC.
Familia :
Balsaminaceae
Uraian :
Berupa terna
berbatang basah, bercabang, dengan daun tunggal, bentuk lanset memanjang
pinggir bergerigi warna hijair muda tanpa daun penumpu. Bunga berwarna cerah,
ada beberapa macam wama, seperti merah, oranye, ungu, putih, dll., ada yang
"engkel" dan ada yang "dobel". Buahnya buah kendaga, bila
masak akan membuka menjadi 5 bagian yang terpilin. Biasanya ditanam sebagai
tanaman hias dengan tinggi 30 80 cm.
Nama Lokal :
Sumatera: Lahine,
paruinai, Jawa: pacar cai, pacar banyu; Kimhong (Jakarta), Nusatenggara: pacar
foya, pacar aik; Sulawesi: Tilang-gele duluku, kolendingi unggaagu; Bunga
jabelu, giabebe, gofu, laka gofu, bunga taho, ; inai anyer. (Maluku); Feng xian
hum (China).;
Penyakit Yang
Dapat Diobati :
Peluruh haid,
Kanker pencernaan, Bengkak, Reumatik, Bisul; Gigitan ular, Ranadang kulit,
Keputihan, Tulang patah/retak; Rasa nyeri, Anti-inflamasi, tertusuk benda asing
di kerongkongan;
BAGIAN YANG
DIPAKAI: Akar, daun, bunga dan biji.
KEGUNAAN: Biji:
Peluruh haid (Emenagog), mempermudah persalinan (Parturifasien), kanker saluran
pencernaan bagian atas. Pemakaian 3 - 10 gr, untuk kanker: 15 - 60 gr, direbus.
Bunga: Peluruh haid, mengakiri kehamilan (abortivum) dipakai bunga warna putih,
pembengkakan akibat terpukul (haematom), rheumatik sendi, bisul
(furunculolsis), gigitan ular, radang kulit (dermatitis). Pemakaian: 3 - 6 gr,
direbus. Daun: Keputihan (Leucorrhoea), tulang patah/retak (Fracture),
mengurangi rasa nyeri (analgetik). Akar: Peluruh haid, anti-inflamasi
(antiflogistik = anti radang), rheumatik, tertusuk tulang/benda asing di
kerongkongan. PEMAKAIAN LUAR: Bunga: - Pembengkakan, bisul, rheumatik, radang
kulit: Lumatkan bunga segar, ternpelkan di tempat yang sakit. Daun: - Frakture,
anti-inflamasi: Lumatkhan daun segar, ditempelkan di tempat yang sakit, atau
daun direbus, untuk mencuci luka dan daunnya ditempelkan ke tempat yang sakit.
CARA PEMAKAIAN: 1. Keputihan (Leucorrhoea): 30 - 60 gr daun segar, rebus. 2. Peluruh
haid: a. 4 - 5 bonggol akar, direbus, 3 - 4 kah minum b. (Haematoma dan pcluruh
haid): Impatiens balsamina 6 gr Leonurus sibiricus 30 gr Curcuma zedoaria 6 gr
Scirpus yagara 6 gr Semua bahan direbus. 3. Tertusuk tulang/benda asing di
kerongkongan: Akar dikunyah, telan dengan air hangat. KONTRAINDIKASI: Wanita
hamil EFEK SAMPING: Pada pemakaian lama, dapat timbul mulut terasa kering
(Xerostomia), mual (Nausea), nafsu makan menurun (anorexia) yang menghilang
setelah menurunkan dosis atau penghentian pengobatan selama 2 - 3 hari.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN
FARMAKOLOGIS: Terasa pahit, hangat, sedikti toxic (beracun). Berkhasiat
melancarkan peredaran darah, melunakkan masa/benjolan yang keras. KANDUNGAN
KIMIA: Bunga :Anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin,
kaempherol, quercetin. Akar :Cyanidin mono-glycoside.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar